Labels

Senin, 07 April 2014

Sekantung Beras untuk Jelata

      Jalan kakiku menuju suatu tempat tiba-tiba terhenti. Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Ada 4 orang wanita disana. Wanita pertama adalah wanita paruh baya tipikal ibu-ibu jelek dengan tubuh melar pada umumnya. Kulitnya putih dengan dengan make up tebal, dan tidak lupa dengan lipstik merahnya yang menjijikkan, entah kenapa aku selalu risih dengan wanita tua bermake up tebal (termasuk ibuku). Untunglah lokasi TKP adalah persis didepan rumah si ibu ini, sehingga pakaian yang dia kenakan biasa saja, kaos putih dengan jins pendek, dan juga ketat. Aku tidak bisa membayangkan bila pakaian yang dikenakannya adalah yang biasa dia kenakan saat acara-acara penting, dan mungkin baginya, acara kali ini tidak begitu penting.

       Berada dihadapannya, adalah 3 orang wanita. 2 wanita kira-kira berumur 60 thn keatas, sedangkan yang satunya lagi mungkin sekitar 30 atau 40 an. Penampilan mereka adalah kebalikan dari nyonya diatas. Berpakaian sederhana, atau lebih terkesan lusuh, dengan warna pakaian mereka yang sudah pudar, jelas berbahan dasar murahan, dan juga tidak lupa jilbab yang menutupi kepala mereka. Untuk urusan berpenampilan kuakui mereka bertiga terlihat sangat kompak. oh ya, mereka mengenakan sandal jepit dan masing-masing dari mereka bertiga sudah menenteng 3 karung beras kecil, kira-kira beras kemasan 10 atau 15 kg, entahlah, aku tidak tahu pastinya.

       Seiring dengan perhatianku, Secara sedikit samar aku bisa mendengarkan percakapan 3 lawan satu itu. si nyonya hanya berkata," habis 'hari H' datang lagi ya!. Hanya itu? ya, hanya itu. Seketika aku berpikir singkat. "Mungkin itu baru 50 persen dari pemberian", pikirku. Kemudian wanita-wanita dengan kulit cokelat tanda sering bermandikan matahari dan bertubuh kurus itu memalingkan diri dan menapaki pinggiran jalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

       Aku tak tahu bagaimana perasaan mereka. Apakah mereka senang dengan beras 10-15 kilogram yg akan mereka bawa pulang. Ah, tentu mereka akan senang, siapa yang tidak senang.Aku hanya bisa meilirik sambil berjalan, melihat si nyonya berpaling kedalam rumah. Aku sudah tahu hal ini bakal terjadi, dan mungkin semenjak event 4 tahunan itu diselenggarakan, hal ini sudah terjadi, bukan jadi rahasia lagi, terang-terangan sekali malahan, ditengah hari siang bolong, dimuka rumah yang persis berada ditepi jalan raya. Aku tidak kasihan dengan 3 wanita lusuh itu. mungkin jika aku menjadi mereka aku juga akan menerima beras itu dengan senang hati. Aku juga tidak marah dengan nyonya itu. mungkin jika aku berada diposisi si nyonya aku juga akan melakukan berbagai macam cara demi suamiku. Aku hanya berpikir dan berbicara dalam hati,"menyedihkan, kapan hal seperi ini akan berakhir..." ah, tentu saja sehabis 'hari H' itu, kataku dalam hati, tidak lupa disertai senyum sinis tidak sama sisi, yang mungkin juga dilakukan nyonya itu tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DJPKTN BLOG WRITING COMPETITION 2016