Labels

Jumat, 29 Mei 2015

Pergesekan Atom Perbedaan

      Mengapa antar kelompok hampir selalu muncul pergesekan dan pertentangan? Tidak usah kelompok-kelompok besar seperti partai-partai, organisasi-organisasi besar, paham-paham radikal, atau aliran-aliran tertentu, kelompok pertemanan yang sederhana saja memiliki pergesekan yang kental sekali satu sama lain. Hal-hal apa saja yang menyebabkan hal ini terjadi? 
      
      Pernahkah kalian merasa aneh, atau merasa terkucilkan saat bersama dengan sekumpulan orang yang  berbeda dengan kalian. Mereka memiliki satu persamaan namun tidak dengan kalian. Mereka tidak menghiraukan kalian. Mereka hanya berbincang dengan mereka saja. Aku pernah mengalami ini. Sebagai satu orang yang berbeda di suatu perkumpulan orang-orang alim. Aku tidak dihiraukan, bahkan tidak disapa sama sekali. Alim macam apa ini pikirku? Mereka hanya memandang antara mereka saja. Mereka bahkan tidak melihat kearahku. Mereka tidak menyalamiku, padahal aku sudah tersenyum dan hendak mengulurkan tanganku. Hatiku menjadi sedikit sakit.

      Aku pernah berbincang dengan seorang teman. Dia adalah salah satu orang yang bisa dibilang juga mengalami pertentangan atau pergesekan ini. Pergesekan yang berbasiskan keegoisan paham atau kelompok. Dia berkata bahwa dia tidak bisa menerima jalan pikiran mereka/dia. Aku sebagai orang ketiga bisa melihat persoalan ini dari kedua sisi, dari sisi temanku, maupun dari sisi mereka/dia. Dia/mereka ini adalah seorang wanita, yang sedang berusaha dalam memperbaiki diri, dalam hal agama. Pergesekan itu timbul kurasa karena sudut pandang atau pola pikir yang berbeda. Kalau dari sisi temanku ini, dia melihat wanita itu sebagai mereka-mereka yang berlebihan dalam agama, maka selanjutnya muncul persepsi-persepsi, muncul penghakiman-penghakiman. Kurasa pergesekan ini juga tak lepas dari si wanita juga. Wanita itu dengan pemahaman baru seumur jagungnya tidak terlalu bisa mengendalikan hasratnya, emosinya. Maka oleh karena hasrat yang berlebihan itu pula muncul pertentangan atau pergesekan dengan temanku ini. Seperti kedua bilah pedang yang saling beradu, atau seperti arus pendek listrik yang dengan mudah memunculkan percik api. Mereka berdua bergesekan.

      Kalau jumlah anggota yang saling bergesekan itu seimbang atau paling tidak hampir sama, maka pergesekan itu tidak akan terlalu menimbulkan rasa sakit. Ini sebenarnya mirip perang. Kalau jumlah antar dua kubu yang saling bergesekan itu tidak seimbang, sepuluh berbanding satu misalnya, rasa sakit itu tidak akan terelakkan, seperti yang kuceritakan di awal tadi. 

      Coba kalian sedikit perhatikan! Dalam sebuah pernikahan saja sebetulnya sudah bisa diambil kesimpulan, bahwa orang dari kubu A, biasanya menikah dengan kubu A juga. Laki-laki dari perkumpulan orang alim menikah dengan wanita yang berasal dari perkumpulan orang alim juga. Ah, bisa-bisanya aku yang seperti ini berharap mendapatkan seorang istri dari perkumpulan orang alim. 
 
      Sedikit sekali dari mereka yang kurasa memiliki ketertarikan atau kemampuan untuk berbaur dengan orang-orang di luar kubu mereka. Mereka tidak peduli apa-apa yang berada di luar mereka. Kita akan menemukan hal ini di setiap perkumpulan atau kelompok, dari yang resmi maupun yang tidak resmi. Sebenarnya hal inilah yang akan menimbulkan fitnah untuk mereka sendiri. Fitnah yang dimunculkan dari mereka sendiri. Saat dihakami oleh orang lain, atau kelompok lain bahwa mereka seperti ini, atau seperti itu, mereka tidak terima. Mereka sering tidak berkaca, mungkin juga kita. Wajar saja padahal, kalau kita hanya bergaul dengan kita saja. Kita hanya melihat dari satu sudut pandang saja. 
 
      Maka dari itu, seorang pemimpin berbagai golongan harus memiliki sifat yang mau dan sanggup membaur, namun tetap tidak meninggalkan jati dirinya yang utuh. Seorang yang bisa melihat dari berbagai sudut pandang. Seseorang yang tidak egois dengan pemahaman atau pemikirannya saja.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DJPKTN BLOG WRITING COMPETITION 2016